Kedua, supaya manusia menyandarkan diri kepada Allah Ta’ala.
Ketiga, supaya manusia bertaubat kepada-Nya (setelah ia berbuat dosa).
Betapa banyaknya manusia yang terdorong untuk membaca zikir-zikir siang dan malam dikeranakan ia takut dari keburukan makhluk yang akan menimpanya. Kerananya, didapati orang seperti ini senantiasa rajin membaca wirid supaya ia selamat dari gangguan-gangguan. Maka keburukan yang ada pada makhluk ini memiliki hikmah bagi terdorongnya seseorang untuk senantiasa berzikir dan membaca wirid dan semisalnya. Ini tentunya merupakan suatu kebaikan.
Jika engkau yakini bahawa semua perbuatan Allah Ta’ala adalah kebaikan, maka hatimu akan merasa tenteram terhadap semua yang ditakdirkan Allah Ta’ala. Engkau pun akan pasrah menerima sepenuhnya. Engkau akan menjadi seperti yang difirmankankan Allah Ta’ala,
وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ
“Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, nescaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (Qs. at-Taghabun: 11)Alqamah berkata, “Apabila seseorang ditimpa musibah lalu merasa yakin bahawa hal itu dari sisi Allah, maka ia pun redha dan menerima.”
Bila seorang manusia redha dengan sepenuhnya terhadap ketentuan Allah Ta’ala, maka ia akan terbebas dari perasaan sedih dan sikap gelisah, berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w,
اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ، اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجَزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلاَ تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا لَكَانَ كَذَا، فَإِنَّ “لَوْ” تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, (namun) pada keduanya ada kebaikan (karena keimanan keduanya). Bersemangatlah terhadap segala sesuatu yang mendatangkan manfaat untukmu. Mohonlah pertolongan kepadaNya dan janganlah lemah. Jika engkau tertimpa sesuatu, janganlah engkau katakan, ‘Jikalau aku berbuat ini dan itu, maka tentunya akan beigni dan begitu.’ Dikeranakan kata ‘seandainya’ membuka amalan syaitan.”Dalam hadits yang mulia ini, Rasulullah s.a.w memerintahkan kita untuk terus bersemangat dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat. Kemudian, jika kenyataan tidak sesuai dengan harapan sebelumnya, maka katakanlah hal ini telah ditakdirkanNya, dan segala sesuatu yang dikehendakiNya pasti terjadi.
Maksud hadits di atas adalah: Yang paling utama bukanlah kuatnya otot-otot atau badangnya, namun yang dimaksud adalah mukmin yang kuat dalam keimanannya, sebab betapa banyak orang yang kuat badannya tapi tidak banyak berbuat manfaat, namun sebaliknya.
Ringkasnya, keburukan atau kejelekan itu tidak dinisbatkan kepada Allah, sebab Nabi s.a.w bersabda,
وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ
“… Dan keburukan bukan berasal dariMu.”Akan tetapi, kejelekan itu hanya disandarkan pada makhlukNya. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya.’” (Qs. al-Falaq: 1–2)Maka, keburukan hanya disandarkan kepada makhluk. Muncul pertanyaan, “Apakah dalam mentakdirkan makhluk-makhluk yang jahat terdapat hikmah?”
Jawabnya, “Ya, di dalamnya terdapat hikmah yang agung.” Kalaulah bukan kerana sebab adanya makhluk yang jahat ini, tentunya kita tidak akan mengenal manfaatnya makhluk yang baik. Serigala misalnya, walaupun badannya kecil, bila dibandingkan dengan unta, tapi ia mampu memakan manusia, sebagaimana yang Allah gambarkan dalam surat Yusuf melalui lisannya Nabi Ya’qub ‘alaihis salam,
وَأَخَافُ أَن يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ
“Dan aku khuatir kalau-kalau dia dimakan serigala.” (Qs. Yusuf: 13)Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama pula, bahawa seekor unta tidak mungkin makan manusia. Bahkan seekor unta yang kuat dan besar badannya pun akan tunduk kepada perintah anak kecil. Allah s.w.t berfirman,
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَاماً فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ. وَذَلَّلْنَاهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ
“Dan apakah mereka tidak melihat bahawa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka, iaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka. Maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan.” (Qs. Yasin: 71–72)Amatilah hikmah yang sangat agung pada unta ciptaan Allah Ta’ala, yang memiliki badang besar. Allah telah memerintahkan kita untuk bertadabbur (merenungkan dan mengambil pelajaran) terhadapnya, sebagaimana firman-Nya,
أَفَلاَ يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan.” (Qs. al-Ghasyiyah: 17)Selain itu, Allah pun menciptakan serigala dan selainnya yang membahayakan manusia, sehingga kita dapat mengetahui betapa agungnya kekuasaan Allah Ta’ala, dan bahawa segala urusan berada di tanganNya.
No comments:
Post a Comment